Galih: Hari Yang Mendebarkan 1

 


Hari itu, ketika suamiku hendak berangkat ke kantor, ia bilang akan pulang sekitar pukul 4 sore dengan membawa 2 orang temannya. Tentu saja sebagai istri yang baik, aku mulai menyiapkan hidangan untuk menyambut mereka.


Pukul 3 sore, masakan sudah beres, tinggal menghidangkan di meja makan. Tetapi karena hawa ibu kota yang begitu panas, aku tak tahan berlama-lama di dapur, langsung saja aku pergi ke kamar mandi.


Aku jengkel dengan suamiku yang merusakkan engsel daun pintu kamar mandi, sehingga satu-satunya kamar mandi di rumah ini tidak memiliki daun pintu. Tapi biarlah, karena saat ini aku sendirian di rumah, maka aku langsung saja mandi, menyabuni seluruh tubuhku, menggosok setiap lekuk badanku.


Tiba-tiba pintu depan rumahku terbuka, terdengar suamiku memanggilku, dan juga terdengar suara-suara asing yang kuyakini itu adalah suara teman-teman suamiku.


Akupun bergegas membilas tubuhku, aku tak mau ada orang yang melihatku mandi seperti ini. Suamiku mengejutkanku dengan muncul di pintu kamar mandi, jantungku berdegup kencang.


“Yang, aku bawa 2 temanku, setelah ini tolong hidangkan makanannya ya, kami udah lapar.” kata suamiku. Setelah itu ia pergi menemui kedua temannya itu.


Aku segera meraih handuk di gantungan, dan oh tidak! Ternyata handuk yang ada hanya handuk kecil seukuran 20x50cm yang biasa digunakan untuk menutupi rambut setelah keramas. Aku ingat bahwa handuk lainnya aku cuci tadi pagi. Pakaian yang baru saja kugunakan pun sudah basah terendam di ember.


Ya ampun! Bagaimana caraku menggunakan handuk sekecil ini untuk menutupi tubuhku?!


Akupun mencoba melilitkan handuk tersebut dengan bermacam-macam posisi. Ketika kulilitkan untuk menutupi buah dadaku, handuk itu tak dapat menutupi vaginaku karena hanya selebar 20cm, bahkan untuk melingkari payudaraku yang berukuran 36b pun tak bisa!


Aku kembali berpikir, apakah aku melilitkan handuk ini di pinggangku saja? Sehingga vaginaku tertutupi tetapi dengan resiko seluruh dadaku terbuka dan mungkin aku bisa menutupinya dengan tanganku? Aku rasa itu cara yang terbaik, pikirku.


Namun panggilan suamiku mengejutkanku, aku langsung panik dan menutupkan handuk itu secara vertikal ke badanku. Dengan posisi handuk seperti itu, maka hanya akan menutupi 2 puting dan vaginaku. Lalu aku menyilangkan tangan kanan di dada dan tangan kiri ke selangkanganku untuk menempelkan handuk itu di tubuhku.



Setelah itu aku berjalan dengan dada sangat berdebar-debar dan semakin berdebar keras karena suamiku dan teman-temannya duduk di ruang tv depan kamarku. Ketika mereka bertiga melihatku, mereka seketika terperangah dengan busanaku.


Yang lebih mengejutkan lagi, suamiku menyuruhku untuk berkenalan dengan mereka. Mereka pun mengulurkan tangan kanannya, tentu saja harus kusambut dengan tangan kananku, oh, aku sadar bahwa tangan kananku menutupi buah dadaku, apabila aku lupa mungkin saja aku langsung menyalami mereka dan jatuhlah handukku sehingga payudaraku menjadi tontonan gratis bagi mereka. Namun itu tidak terjadi, aku masih sadar dan menggantikan tangan kanan dengan tangan kiri untuk memegang handuk di dadaku.


Posisi duduk 2 teman suamiku itu berada di ujung sofa yang berbentuk L dan suamiku berada di tengah. Aku pun menjabat tangan pria yang di ujung, dia pria berkulit hitam bernama Mike. Lalu aku berpaling ke teman suamiku yang lain, kali ini pria berkulit putih bernama andrew. Setelah itu aku berjalan ke kamar dengan membelakangi mereka bertiga, tentu saja bagian belakang tubuh termasuk pantat ku tidak tertutupi sehelai benangpun dan menjadi santapan liar mata WNA itu.


Pintu kamar kututup dan dengan dada masih berdebar keras, aku menutupkan kedua tangan ke mukaku. Terbayang betapa malunya aku, tetapi aku sadar handukku telah terjatuh dan memperlihatkan vaginaku yang basah, padahal seingatku tadi sudah kukeringkan. Sudahlah, aku segera mengambil pakaian.


Ketika aku membuka pintu lemari, suamiku masuk dan meminta handuk untuk 2 temannya yang ingin mandi. Tetapi handuk cadangan pun tidak ada karena kucuci semuanya tadi.


Suamiku keluar kamar dan memberitahukan hal tersebut kepada teman-temannya. Tetapi panasnya ibu kota membuat mereka tidak menjadikan hal tersebut sebagai masalah. Buktinya kudengar seseorang mulai mandi.


Aku memilih mengunakan daster sepanjang lutut karena hawa yang memang panas. Lalu aku mengintip ke arah kamar mandi melalui jendela kamarku.


Oh… Aku melihat Mike si kulit hitam sedang menyiramkan air ke tubuhnya, tetapi yang menarik perhatianku adalah penis Mike yang luar biasa panjangnya, mengayun-ayun terkena siraman air. Kulihat penis itu menempel di bibir bak mandi, panjangnya sama dengan panjang 1 kotak keramik di bak mandiku.


Aku terkejut karena suamiku kembali memanggilku, kali ini ia meminta dibuatkan minuman dingin. Langsung saja aku menuju dapur dan ups, ketika sampai di dapur aku lupa memakai BH dan CD. Tapi aku tidak memikirkan hal itu dan mulai membuatkan minum untuk tamu-tamu suamiku.


Aku taruh minuman-minuman itu di meja ruang tengah dan aku kembali ke dapur. Suamiku menyusulku dan ketika aku menyiapkan makanan di dapur, ia mengatakan bahwa ketika aku bersalaman dengan teman-temannya tadi, aku terlalu membungkuk, hal itu mengakibatkan handuk yang kupakai tidak lagi menutupi bagian bawah tubuhku, itu artinya vaginaku yang berbulu tipis terlihat oleh Mike dan tentu saja Andrew yang berada di belakangku juga melihat pantat dan vaginaku yang merekah. Juga sebaliknya ketika aku menyalami Andrew.


Mendengar cerita suamiku ini, vaginaku langsung terasa gatal, tetapi entah perasaan apa ini, perasaan yang membuatku semakin ketagihan. Lalu suamiku mengajak teman-temannya kemeja makan di dapur untuk menyantap hidangan yang telah kusiapkan.


Tiba-tiba hujan turun dan aku teringat dengan jemuranku. Aku pun langsung mengangkat semua jemuranku. Banyaknya cucianku menjadikan aku harus hujan-hujanan lebih lama. Aku langsung menaruh cucianku di kamar dan kembali ke meja makan untuk menemani suamiku.


Sesampainya di sana, suamiku berkata, “Hei, itu...” sambil menunjuk tubuhku, oh! Daster pink yang tadinya longgar sekarang menempel erat disetiap lekuk badanku karena basah, tentu saja putingku tercetak begitu jelas dengan bulatan payudaraku, oh… Vaginaku pun demikian.


“Ahhh…” aku berteriak kecil dan berlari ke dalam kamar.


Dan bodohnya, aku langsung mengangkat dan melepaskan dasterku, sedangkan kamarku itu bisa dilihat dari jendela yang berbatasan dengan dapur, jadilah tubuh basahku menjadi pemandangan yang membuat setiap laki-laki menelan air liurnya.


Gairahku tiba-tiba meledak, tapi aku masih berusaha menahannya. Aku segera berpakaian lagi, aku mengambil sebuah kimono dan kembali ke meja dapur dengan cairan yang meleleh dari lubang vagina. Dua pria asing itu tersenyum dan berkata sesuatu yang tidak kumengerti ke suamiku. Setelah makan mereka langsung berpamitan pulang. Akupun menarik suamiku ke sofa dan memintanya langsung menusukkan penisnya.


Tak seperti biasanya, suamiku begitu panas dan perkasanya hingga aku merasakan 3 kali orgasme.


Setelah kupikir-pikir lagi, hari itu adalah hari yang gila!


Setelah puas bercinta dengan suamiku, aku kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Aku teringat dengan penis Mike yang seukuran keramik bak mandi. Aku ke kamar lalu mengambil sebuah penggaris dan mengukur panjang keramik itu, hmm… 25cm. Badanku langsung merinding.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anissa: Eksib Di Rumah Kosong 1

Yanti: Eksib Pertama

Eksibisionis?