Galih: Hari Yang Mendebarkan 2
Di lain hari, bersama suami aku pergi mengunjungi sahabatku, Lusi. Kita sudah saling mengenal, karena aku dan suamikulah yang menjodohkan Lusi dengan suaminya. Siang itu suamiku menceritakan kegilaanku pada sepasang pengantin muda itu.
Adi, suami Lusi, tertawa mendengar cerita suamiku, sedangkan Lusi mukanya memerah sambil menutupkan tangan ke mukanya. ”Lus, kamu berani gak kayak aku?” aku menantang Lusi.
“Berani!” jawabnya sambil menantang balik, “Ayo sekarang! Di depan suami-suami kita.”
“Hm, sapa takut!” Aku dan lusi pergi ke kamar mandi, lalu kujumpai handuk yang sama dengan yang kupakai dulu, hanya milik Lusi berwarna cokelat. Kami pun mandi bersama, tapi karena hanya ada 1 handuk, maka kita bergantian menjadi ‘model’ di depan suami-suami kita.
Ketika kutawarkan 3 posisi handuk yang kupikirkan, Lusi memilih melilitkan handuk di pinggangnya, tetapi karena pantat Lusi yg lebih besar, maka ujung lilitan handuk itu hanya bersatu pada ikatannya saja.
So, ketika Lusi berjalan, pahanya akan terlihat jelas. Dan tangan kiri Lusi menutup puting pada payudara 36C-nya. Aku melihat dua suami beruntung itu berdecak kagum. Sial, ternyata suamiku menikmati pemandangan itu, awas ya! Kataku pelan. Lusi kemudian memakai kimono di kamarnya dan sambil tersenyum puas menyerahkan handuk kecil itu padaku.
Aku pun tak mau kalah! Aku menyiramkan air ke tubuhku, lalu mengeringkan dengan handuk itu. Kulilitkan handuk itu di pinggangku sama seperti Lusi, bedanya Lusi menggunakan tangannya untuk menutupi putingnya, sedangkan aku? Aku menggunakan rambut basahku. Tapi karena tidak cukup panjang, maka rambutku hanya mampu menutupi putingku, sedangkan bulatan payudaraku terlihat jelas.
Akupun berjalan menuju suamiku, dia hanya tersenyum saja, sedangkan Adi bersiul untukku, mengagumi keberanianku. Uwh! Puas rasanya setelah kulihat Lusi yang cemburu melihat tingkah suaminya.
Tapi duel ini belum berakhir, kali ini para pria yang menyiapkan tantangan untuk aku dan Lusi. Adi memberi kami dua benda. Yaitu selotip hitam dengan lebar 2cm dan sebuah perban putih yang transparan dengan ukuran 2cm x 2meter.
Kami boleh memilih salah satu, maka aku dan Lusi kembali ke kamar dan melakukan undian untuk memilih dua benda tersebut. Akhirnya aku mendapatkan selotip hitam, sedangkan Lusi dengan perban. Kami pun mulai aksi, aku menempelkan selotip itu pada kedua putingku. Terlihat begitu membekas karena putingku yang sedang keras kututup dengan selotip.
Tetapi aku bingung, apakah aku harus menselotip vaginaku?
Yah, mau bagaimana lagi, aku menempelkan selotip itu dari clitorisku hingga batas bawah vaginaku. Aku langsung keluar kamar tapi sangat terkejut melihat dua suami ini sudah telanjang bulat.
Aku pun berjalan dengan perasaan yang gugup menghampiri Adi, dan aku duduk di pangkuannya! Oh, penisnya mengganjal pantat dan terlihat mengintip celah di selangkanganku. Kulihat suamiku hanya diam, namun matanya melotot, cemburu mungkin ;p
Lusi yang mengintip pun terlihat manyun. Dan ia segera keluar kamar, Lusi melingkarkan perban itu untuk menutupi putingnya, sedangkan vaginanya tanpa ditutupi apapun! Dia berjalan ke arah suamiku tetapi aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya karena Adi sudah keburu melepas selotip di putingku dan kemudian menjilat dan meremasi payudaraku.
Aku hanya bisa mendesah menikmati perlakuan Adi kepadaku ini. Sekilas kulirik Lusi dan suamiku, terlihat Lusi sudah menaik turunkan badannya dengan penis suamiku menancap pada vaginanya, terlihat begitu eksotis dan oh…
Adi menarik selotip di vaginaku, terasa sakit namun sensasinya tak terkatakan, aku sungguh menikmatinya. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu depan rumah. Adi kaget dan langsung mengambil handuk kecil yang tadi kami gunakan untuk dililitkannya.
Lusi mengajak aku dan suamiku untuk pindah ke kamarnya. Aku melihat Lusi dan suamiku melanjutkan percintaan mereka dengan posisi dogie. Lusi memberi isyarat agar aku tidur di bawahnya dan mulai menjilati liang vaginaku sambil berdogie ria dengan suamiku.
Lidah Lusi sungguh lihai menyusuri liang vaginaku sehingga aku mulai bersiap untuk klimaks, sayangnya Lusi mendahuluiku dengan orgasmenya. Karena belum mencapai klimaks, aku mendorong suamiku untuk melayaniku dengan posisi woman on top.
Akhirnya vaginaku ini terisi oleh penis juga, ah, aku benar-benar tak tahan dan terus menggoyang. Suamiku terlihat akan mengalami orgasme, kugoyang pantatku maju mundur lebih cepat lagi.
Adi yang masuk ke dalam kamar langsung meraih tubuh Lusi dan menggenjotnya sekuat tenaga. Desahan nikmat 4 orang di dalam kamar itu benar-benar membangkitkan gairah kami, ugh, aku dan suamiku orgasme bersamaan, disusul Adi dan Lusi.
Suamiku segera mengajakku pulang karena ada urusan mendadak, diapun langsung memakai pakaiannya, sedangkan aku ke kamar mandi untuk mengambil BH n CD-ku, tapi ternyata BH n CD-ku terjatuh di lantai kamar mandi. sepertinya aku harus pulang tanpa memakai pakaian dalam.
Komentar
Posting Komentar